Semarak Peringatan Hari Guru Nasional di Pinrang, Darmin: Guru Profesional Lahirkan Siswa Berprestasi

Hari Guru Nasional (HGN) semarak dirayakan di hampir semua sekolah di Kabupaten Pinrang. Pakaian batik hitam putih khas PGRI tumpah ruah di halaman sekolah guna melaksanakan upacara peringatan Hari Guru Nasional yang ke 77. Biasanya peserta didik yang menjadi pelaksanan upacara. Tapi khusus di hari guru, pelaksana upacara dilakukan oleh para guru.

Jas Merah, (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) ungkapan Bung Karno, termaknai pula pada Hari Guru Nasional. Dimana capaian para guru di Indonesia tidak terlepas dari peran organisasi PGRI sebagai wadah guru Republik Indonesia. Dalam rilis sejarah singkat PGRI, menceritakan cikal bakal sejarah perjuangan PGRI bermula pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) saat itu anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan penilik sekolah. Tidak mudah bagi Persatuan Guru Hindia Belanda berubah menjadi persatuan guru Indonesia (PGI) yang tentu saja mengejtukan pihak Belanda karena mengikutkan kata “ Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi, oleh Belanda. Dan sebaliknya guru sangat mendambakan kata “Indonesia”.

Akhirnya seratus hari setelah peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terbentuk tepatnya pada 25 November 1945 di Surakarta pada Kongres Guru Indonesia. Semangat proklamasi dan persatuan yang menjiwai pembentukan PGRI saat itu mampu mewujudkan satu komitmen yaitu segala organisasi atau kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku sepakat dihapuskan. Pada Kongres ini pula menghasilkan tIga tujuan pendirian PGRI yaitu, 1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indoensia. 2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan. 3. Membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru khususnya.

Perjuangan PGRI dalam berbagai situasi di Indoensia, mulai di era revolusi kemerdekaan di tahun 1962 – 1965 dimana terjadi perpecahan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. PGRI tetap setia pada Pancasila sesuai jati dirinya, dan tetap teguh mempertahankannya sebagai ideologi bangsa. Di masa Orde Baru, PGRI menyusun strategi dengan aktif membangun jejaring dengan organisasi guru internasional. Dan Tahun 1978 PGRI mengharumkan nama bangsa setelah sukses menjadi tuan rumah Kongres Organisasi Guru Dunia (WCOTP). PGRI terus bergerak pada era reformasi dengan saling belajar dan berbagi melalui perangkat kelembagaan PGRI seperti Lembaga Kajian Kebijakan Pendidikan, Asosiasi Profesi dan keahlian Sejenis (APKS). PGRI Smart Learning and Character Center (PSLCC), Perempuan PGRI, IGTKI PGRI, dan Lembaga Pendidikan PGRI.

Komitmen PGRI memperjuangkan nasib para guru dan tenaga kependidikan honorer di bawah Kemendikbudristek dan Kemenag, direspon dengan sangat baik oleh pemerintah dengan membuka Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Tahun 2021 dan 2022.

Ketua Umum PGRI, Prof Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd dalam rilis sambutannya, mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru, pendidik, tenaga kependidikan, khususnya kepada guru honorer yang mengisi kekosongan formasi guru dan mengajar sepenuh hati di sekolah. Tanpa dedikasi mereka, proses pembelajaran di sekolah akan terhenti karena ketiadaan guru. Semoga dedikasi dan pengabdian para guru, pendidik dan tenaga keepndidikan menjadi suluh penerang bagi bangsa, negara dan kemanusiaan serta sebagai ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Latest articles

  • https://radioku.my.id:8143/susia